Articles ●
09 Apr 2025
Billboard vs. Digital OOH: Mana yang Lebih Menguntungkan di 2025?

Out of Home (OOH) advertising terus berevolusi, dengan billboard tradisional dan Digital OOH (DOOH) bersaing untuk menjadi pilihan utama marketer. Di tahun 2025, mana yang benar-benar memberikan ROI lebih baik untuk bisnis Anda?
Artikel ini akan membandingkan:
✔ Perbedaan utama billboard vs DOOH
✔ Biaya & efektivitas masing-masing
✔ Kemampuan targeting & personalisasi
✔ Contoh kasus ROI nyata
✔ Prediksi tren 2025
1. Billboard Tradisional vs Digital OOH: Perbedaan Utama
Format
Billboard Tradisional : Cetak statis (vinyl)
Digital OOH (DOOH) : Layar digital dinamis
Durasi
Billboard Tradisional : 1-12 bulan (fixed)
Digital OOH (DOOH) : Bisa diubah real-time
Konten
Billboard Tradisional : Satu desain selama periode sewa
Digital OOH (DOOH) : Multiple creatives, bisa dirotasi
Interaktivitas
Billboard Tradisional : Tidak ada
Digital OOH (DOOH) : Bisa pakai QR code, AR, NFC
Harga
Billboard Tradisional : Rp 50-500 juta/bulan (tergantung lokasi)
Digital OOH (DOOH) : Rp 20-300 juta/bulan (bayar per play)
2. Analisis Biaya & ROI di 2025
🟢 Keunggulan Billboard Tradisional
✅ Branding jangka panjang (24/7 visibility)
✅ Lebih murah untuk pemasangan panjang (>6 bulan)
✅ Cocok untuk lokasi strategis permanen
Contoh ROI:
Sebuah brand FMCG di Jakarta melihat peningkatan brand recall 28% setelah pasang billboard 6 bulan di tol Jagorawi.
🔵 Keunggulan Digital OOH
✅ Konten dinamis (bisa update promo harian)
✅ Targeting lebih smart (sesuai waktu, cuaca, event)
✅ Measurable (bisa track via QR code, URL khusus)
Contoh ROI:
Kampanye DOOH sebuah e-commerce selama Ramadhan 2024 menghasilkan CTR 5,7% via QR code scan.
3. Kemampuan Targeting & Personalisasi
Billboard Tradisional:
- Targeting hanya berdasarkan lokasi fisik
- Tidak bisa diubah setelah dipasang
Digital OOH:
- Bisa pakai data real-time:
- Menampilkan iklan minuman dingin saat cuaca panas
- Iklan paylater saat weekend
- Konten berbeda pagi/sore/malam
Contoh Pintu:
Sejak beralih ke DOOH, sebuah bank digital melaporkan biaya per lead turun 40% berkat kemampuan ganti konten berdasarkan respons pasar.
4. Prediksi Tren 2025: Pasar Indonesia
- DOOH akan mendominasi 60% pasar OOH di kota besar (Jakarta, Surabaya, Bali)
- Harga billboard tradisional stabil, tapi permintaan turun 15-20%
- Integrasi AR/VR akan jadi standar baru DOOH
- Programmatic buying menguasai 35% pembelian DOOH
5. Rekomendasi: Pilih yang Mana?
Pilih Billboard Tradisional Jika:
- Budget terbatas tapi butuh exposure panjang
- Lokasi sangat strategis (misal: simpang jalan utama)
- Fokus pada brand awareness bukan conversion
Pilih Digital OOH Jika:
- Butuh kampanye fleksibel (promo harian/mingguan)
- Ingin tracking performa lebih akurat
- Target audiens spesifik (jam tertentu, lokasi mikro)
Studi Kasus: Brand Lokal Sukses
🔹 Kasus 1: Kopi Kenangan
- Kombinasi billboard permanen di tol + DOOH di mall
- Hasil: Brand recognition naik 2x dalam 1 tahun
🔹 Kasus 2: Blibli
- Pakai DOOH dengan countdown Flash Sale
- Hasil: Online traffic naik 75% selama kampanye
Kesimpulan: Mana yang ROI-nya Lebih Baik?
- Untuk branding jangka panjang → Billboard tradisional masih relevan
- Untuk kampanye dinamis & terukur → Digital OOH lebih unggul
🚀 Tips 2025:
- Kombinasikan keduanya untuk jangkauan maksimal
- Mulai eksperimen DOOH sebelum kompetisi ketat
- Manfaatkan teknologi (AR, programmatic) untuk diferensiasi
Punya pengalaman dengan OOH? Share di komentar! 👇